TIMES SAMPANG, MAJALENGKA – Namanya Siska. Meski nama samaran, namun bukan tokoh fiksi. Dia nyata. Seorang siswi kelas XI dari salah satu SMK di Kabupaten Majalengka. Anak tunggal dari pasangan Dede dan Encar yang kini tengah berharap banyak pada satu keputusan besar, mengirim putrinya ke barak militer.

Siska bukan gadis biasa. Di sekolah, ia dikenal pendiam, sopan, dan cukup mudah bergaul. Tapi siapa sangka, di balik wajah tenangnya, ia pernah terseret dalam dunia yang gelap. Pergaulan bebas, anak jalanan, rokok, miras, membangkang orang tua, bahkan kerap kabur dari rumah dan bolos sekolah - semua pernah jadi bagian dari hidupnya.

Namun, alih-alih dihukum atau dijauhi, Siska justru diberi kesempatan kedua

Kodim 0617 Majalengka, bersama pihak keluarga, memilih jalan yang berbeda. Mereka mengajak Siska masuk ke barak militer. Bukan untuk dihukum, tapi untuk diselamatkan melalui Pendidikan Karakter dan Pelatihan Kedisiplinan Bela Negara.

“Saya bersedia ikut kegiatan ini buat memperbaiki diri, menjaga sikap dan belajar disiplin," tulis Siska dalam surat pernyataannya.

Langkah ini jadi titik balik. Sebuah perjalanan sunyi, di balik pagar tinggi dan suara peluit komando. Di sana, Siska bukan hanya diajari baris-berbaris atau bangun pagi. Tapi juga diajak mengenal lagi siapa dirinya, dari dalam.

Komandan Kodim 0617 Majalengka, Letkol Inf Fahmi Guruh Rahayu, menjelaskan, program ini dirancang untuk menyentuh sisi mental dan moral para remaja.

"Kami anggap mereka bukan anak nakal. Mereka cuma lagi butuh arah dan tempat untuk kembali," tegasnya kepada TIMES Indonesia, Jumat (13/6/2025).

Tak ada yang mudah dari jalan ini. Tapi Siska menjalaninya. Karena ia tahu, semua orang bisa tersesat, tapi tidak semua orang berani mencari jalan pulang.

Dan kini, di balik gemuruh barak militer, ada secercah cahaya. Bukan dari senapan atau bendera, tapi dari harapan seorang gadis muda asal Kabupaten Majalengka yang sedang berusaha kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. (*)